Rabu, 30 Januari 2013

Ilmu Kebidanan


Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933). Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.
Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang diakibatkannya.
Statistik Vital Obstetri
Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).
Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.
Angka Kelahiran
Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.
Angka Fertilitas
Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.
Kelahiran Hidup
Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.
Lahir Mati (Still Birth)
Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran.
Kematian Neonatal
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.
Angka Lahir Mati
Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.
Angka Kematian Neonatal
Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000 kelahiran total.
Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.
Bayi Cukup Bulan
Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau 260-294 hari.
Bayi Kurang Bulan (Prematur)
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.
Bayi Lewat Bulan
Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.
Abortus
Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.
Kematian Ibu Langsung
Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.
Kematian Ibu Tak Langsung
Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.
Kematian Non Maternal
Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.
Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran hidup.
Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :
1. Perdarahan
2. Hipertensi
3. Infeksi
Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum, perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia).
Infeksi
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
- Transfusi darah
- Anti mikroba
- Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasi-
komplikasi serius kehamilan dan persalinan.
Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-teknik untuk mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).
Kematian Perinatal
Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital
Update : 26 Desember 2005
Sumber :
Cunningham, Mac Donald, Gant. Obstetri Williams, ed. ke-18. dr. Joko Suyono & dr. Andry Hartono (penerj.). Jakarta : EGC.

PEDOMAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dankomplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a) Keluarga Berencana untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran untuk menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Pergeseran Paradigma
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
· Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
· Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
· Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
· Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.
· Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal
Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan. Dasar pelatihan klinik asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.
Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:
a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.
b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan sehingga mampu untuk memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir, baik di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun pada awal masa nifas. Peserta latih adalah petugas kesehatan yang akan menjadi pelaksana pertolongan persalinan, juga harus mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Praktik terbaik asuhan persalinan normal terbukti mampu mencegah terjadinya berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup kelompok rentan risiko ini dapat diwujudkan.

HAMIL KEMBAR


DEFINISI
—-Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai dengan hokum Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk triplet 1 : 892, untuk kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan1.
—-
ETIOLOGI
1. Kembar Monozigotik
—-Kembar monozigotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang terpisah.
Hasil akhir dari proses pengembaran monozigotik tergantung pada kapan pembelahan terjadi, dengan uraian sebagai berikut :
• Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah pembuahan, maka dua embrio, dua amnion serta dua chorion akan terjadi dan kehamilan diamnionik dan di chorionik. Kemungkinan terdapat dua plasenta yang berbeda atau suatu plasenta tunggal yang menyatu.
• Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua embrio akan terjadi, masing-masing dalam kantong yang terpisah, dengan chorion bersama, dengan demikian menimbulkan kehamilan kembar diamnionik, monochorionik.
• Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah terbentuk, maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong amnion bersama, atau kehamilan kembar monoamnionik, monochorionik.
• Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng embrionik terbentuk, maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk kembar yang menyatu.
2. Kembar Dizigot
—-Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi infertilitas.
—-
PATOFISIOLOGI
—-Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2 Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat.
—-Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
—-Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
—-Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan kehamilan dilanjutkan. Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar.
–—-–
DIAGNOSIS
—-Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan dugaan kehamilan ganda, yaitu :
a. Anamnesis
—-Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau edema.
b. Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda
—-Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihi lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih.
c. Pemeriksaan USG
—-Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2 kantong amnion. Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang terlihat.
d. Pemeriksaan radiologi
—-Pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan ganda karena cahaya penyinaran. Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dan dari pemeriksaan ultrasonografi.
Diagnosis diferensial :
• Kehamilan tunggal dengan janin besar
• Hidramnion
• Molahidatidosa
• Kehamilan dengan tumor
TANDA DAN GEJALA
Berikut adalah tanda dan gejala yang mengidentifikasikan kemungkinan kehamilan kembar menurut Bobak (2004):
1) Ukuran uterus, tinggi fundus uteri dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia kehamilan akibat pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester kedua.
2) Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar hCG).
3) Riwayat bayi kembar dalam keluarga.
4) Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur, seperti sitrat klomifen (Clomid) atau menotropins (Pergonal).
5) Pada palpasi abdomen didapat dua atau lebih bagian besar dan atau banyak bagian kecil, yang akan semakin mudah diraba terutama pada trimester tiga.
6) Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas-jelas berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10 denyut jantung per menit dan terpisah dari detak jantung ibu).

Selasa, 29 Januari 2013

Sejarah Kebidanan di Dunia



       Pembahasan Sejarah Kebidanan ini merupakan  bagian dari bahasan Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan yang sengaja dipisahkan dan menjadi salah satu judul artikel yang membawa pembahasan tersendiri. Simak saja selengkapnya dibawah ini.

Sejarah Kebidanan

Pada suatu masa dalam sejarah evolusi manusia di dunia terdapat kepercayaan diantara  semua bangsa bahwa kehidupan manusia serta alam disekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan ini dapata mempunyai pengaruh baik atau buruk atas keselamatan manusia, teermasuk kesehatannya; oleh karena itu, orang yang sakit serta keluarganya berdaya upaya dengan berbagai jalan, agar pengaruh yang membahayakan dapat disingkirkan dari lingkungan orang yang sedang menderita.
Dalam hubungan ini terdapat orang-orang yang oleh masyarakat sekitarnya dianggap lebih mampu untuk menjadi perantara antara manusia biasa dan kekuatan gaib. mereka yang mempunyai kemahiran demikian itu merupakan golongan yang disegani, dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat.
Akan tetapi, disamping adanya kepercayaan yang diuraikan diatas, manusia dianugrahi pula dengan daya observasi, daya berpikir, daya menghubungkan ap yang dialami dengan apa yang dipikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan mentimpan pengalaman-pengalaman dalam ingatannya. Daya observasi dan daya asosiasi memungkinkan dia untuk menambah pengetahuannya mengenai anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh manusia. Dengan pengetahuan yang terbatas dan sering salah tentang anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai penyakit dengan terganggunya fungsi alat-alat tertentu. Hal itu dipakai sebagai dasar bagi usaha-usaha untuk menyembuhkan penderita dari penyakit-penyakit bersangkutan.
Lambat laun teredapat golongan orang yang dikenal dan diakui oleh masyarakat sebagai dokter, dalam arti bahwa mereka mempunyai kecakapan untuk menyembuhkan orang sakit. Demikianlah, lambut laun -- pada bangsa yang satu hal itu terjadi lebih cepat dari pada pada bangsa yang lain -- terdapat pemisahan antara golongan dokter dan golongan yang melayani kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang bersangkutan dengan kerohanian.
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban, di antaranya di Yunani dan Romawi, di India, dan di Tiongkok, dimana praktek kedokteran sudah mencapai tingkat yang tinggi. Tanpa mengurangi jasa-jasa orang lain yang telah memajukan teori dan praktek kedokteran, perlu disebut nama  Hippocrates yang hidup dari tahun 460 sampai 377 sebelum Masehi dan yang dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Sedang para dokter pria menjalankan praktek kedokteran terhadap beraneka ragam penyakit, pertolongan pada wanita-wanita dalam masa kehamilan dan saat persalinan hampir seluruhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong bersalin. Hanya bila mana timbul kesulitan yang tidak dapat mereka atasi, barulah diminta bantuan tenaga-tenaga pria, yang -- karena kebanyakan diantara mereka tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman khusus dalam bidang kebidanan -- umumnya tidak dapat memberikan pertolongan yang sempurna.
Wanita-wanita yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan, kecuali mereka yang hidup dalam zaman Yunani dan Romawi, umumnya tidak mempunyai pengetahuan banyak tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari penolong-penolong bersalin lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang mereka alami dalam praktek sehari-hari. Kiranya mereka dapat disamakan dengan dukun bayi di Negeri kita.
Walaupun para dokter pria pada umumnya tidak melakukan praktek dalam bidang kebidanan, namun diantara mereka terdapat orang-orang yang menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi kahamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hippocrates, Soranus, Rufus, Galenus, Celsus, dan lain-lain.
Uterus diketahui sebagai tempat pertumbuhan janin, dan vagina yang mula-mula dianggap sebagai bagian uterus kemudian diketahui sebagai alat yang mempunyai identitas sendiri. Kehamilan terjadi karena penyatuan "air mani pria" dengan "air mani wanita". Air mani pria diketahui berasal dari testis, akan tetapi karena ovarium belum dikenal, air mani wanita diduga berasal dari beberapa tempat pada tubuh wanita yang kemudian disalurkan ke dalam uterus. Pemeriksaan vaginal juga sudah dilakukan. Demikian pula versi pada kaki pada letak-lintang sudah dijalankan, mula-mula pada janin mati, kemudian pada janin hidup. Seksio sesarea pada ibu yang meninggal pun sudah diketahui.
Yang diuraikan diatas merupakan beberapa contoh pengetahuan dalam bidang kebidanan yang dihimpun sampai beberapa abad sesudah permulaan tahun Masehi. Dalam abad-abad berikutnya tidak tampak banyak kemajuan dalam pengetahuan tersebut. Pada umumnya para dokter yang hidup pada zaman itu hanya mengulangi apa yang sudah diketahui sebelumnya tanpa banyak menambah pengetahuan dengan penemuan-penemuan atau pikiran-pikiran baru.
Keadaan sudah berubah sesudah bedah-mayat menjadi lebih umum. Pengetahuan tentang anatomi alat-alat dalam tubuh manusia sangat diperkaya olehnya, dan pengetahuan tentang fisiologi menyusul. Dengan bedah mayat perubahan-perubahan patologik pada berbagai penyakit dapat pula lebih dikenal. Hal itu lebih memperdalam pengetahuan tentang berbagai penyakit dan menyempurnakan dengan diagnotik serta pengobatannya. Diantara ilmu-ilmu, Ilmu Bedah menunjukkan kemajuan yang pesat.
Bersama-sama dengan perkembangan tersebut diatas mulai dari abad ke-16 para ahli bedah Prancis dibawah pimpinan Ambroise Pare memberikan banyak perhatian pada kesulitan-kesulitan dalam persalinan yang memerlukan penyelesaian dengan jalan pembedahan. Berkat usaha mereka Ilmu Kebidanan -- Khususnya bagian pembedahannya -- menjadi cabang Ilmu Bedah.
Lambat laun, dengan lebih mendalamnya pengetahuan tentang panggul, tentang anatomi dan fisiologi serta patologi sebagai ilmu persalinan, Ilmu Kebidanan berhasil mencapai kedudukan  sebagai ilmu tersendiri dalam rangka ilmu-ilmu kedokteran lainnya. Hal itu menyebabkan meningkatnya minat banyak dokter untuk khusus mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam mengembangkan teori dan Praktek Kebidanan.
Sementara itu dirasakan keperluan untuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang memberi pertolongan dalam persalinan. Dalam tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk penolong bersalin yang berjudul "Der Schwangern Frauen und Hebammen Rosengarten". Walaupun buku ini tidak menyiarkan hal-hal baru, namun artinya terletak dalam hal bahwa untuk pertama kali Ilmu Kebidanan tidak ditulis dalam bahasa latin, melainkan dalam bahasa nasional.
Sekolah bidan pertama yang memberi pelajaran teratur dibuka dalam tahu 1598 di Munchener Gebaranstalt, yang kemudian diikuti oleh sekolah bidan lain. Yang terkenal ialah sekolah di Hotel Dieu di Paris dan Gebaranstalt des Burgerpitals di Strassburg. Sekolah  yang terahir ini menjadi contoh sekolah-sekolah Bidan di Jerman. Sekarang sekolah-sekolah bidan ditemukan diseluruh pelosok-pelosok dunia.
Perkembangan baru, yang yang berdasar atas kemajuan pengetahuan dalam fisiologi dan dan patologi ilmu kebidanan, di mulai dalam abad ke-19 dan berlangsung terus dalam abad sekarang. Perkembangan ini menekankan hal prevensi dalam kebidanan. Lambat laun meluas kesadaran bahwa banyak penyakit dan kelainan dalam masa hamil, persalinan dan nifas, dapat dicegah atau dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat diusahakan menghindarkan akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkannya.
Walaupun dalam buku-buku yang diterbitkan sebelumnya soal-soal bersangkutan dengan penyakit-penyakit dalam masa hamil sudah disebut secara sepintas lalu, namun buku pertama yang khusus membahas penangan wanita hamil ditulis pada tahun 1837 oleh Thomas Bull. Pinard dalam tahun 1878 menulis pula tentang bahaya kelainan letak janin dalam kandungan. Selanjutnya dalam tahun 1895 beliau memberitahukan tentang adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar, dan menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita itu umumnya lebih besar dan sehat dari pada bayi wanita-wanita yang bekerja terus sampai persalinan mulai.
Di Inggris (Edinburg) dalam tahun 1899 mulai disediakan pula tempat untuk merawat wanita hamil pada The Royal Maternity Hospital. Dokter yang paling berjasa dalam menganjurkan diadakannya pro-maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan, ialah Dr. Ballentyne.
Selanjutnya di Amerika Serikat (Boston) dlangsungkan usaha baru, dimana anggota-anggota Instruktive Nursing Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya, dalam tahun 1911 didirikan klnik Antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil.   






Senin, 28 Januari 2013

Teori kebidanan


teori merupakan ide yang terdapat dalam fikiran yang di tuangkan dalam bayangan berupa objek mengenai suatu kejadian. teori mempunyai fungsi sebagi jalur logika atau penalaran yang di gunakan oleh peneliti untuk menjelaskan hubungan antar fenomena yang di kaji.
Dalam ilmu kebidanan, banyak teori yang melandasi praktik kebidanan. di bawah ini merupakan ringkasan teori kebidanan yang di katakan oleh empat orang perawat dan seorang bidan yang jadi landasan utama dalam praktik bidan. mereka adalah Reva Rubin, Ramona T. Mercer, Ela joy Lehrman, Ernestine Weidenbach, dan Jean Ball. semua teori tersebut merupakan hasil penelitian, kecuali teori yang di sampaikan ernestine weidenbach, merupakan hasil kutipan dari buku.

REVA RUBIN



Reva Rubin merupakan perawat yang hasil penelitiannya di gunakan secara luas di amerika.
tujuan penelitian: mengidentifikasiseorang wanita untuk menjalankan perannya sebagai seorang ibu.
metode penelitian: data di kumpulkan oleh siswa bidan yang merawat wanita di klinik antenatal dan postnatal melali wawancara secara langsung atau via telepon.
hasil penelitian: proses pelaksanaan peran ibu saat kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan.
dalam proses tersebut terbentuk 3 bagian penting dalam proses pelaksanaan peran ibu, yaitu:
1. ideal image, sebuah gmbaran mengenai wanita yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu dengan baik.
2. self image, gambaran tentang dirinya sendiri yang di dapat dari pengalaman.
3. body image, perubahan yang terjadi pada tubuh wanita pada proses kehamilan.


RAMONA T. MERCER



mercer adala salah satu murid Reva Rubin yang banyak menghasilkan kara ilmiah. Mercer melakukan dua penelitian pentig yaitu efek stres anterpartum pada pelaksanaan peran ibu.
penelitian 1
tujuan penelitian: mengetahui hubungan antara stres anterpartum dengan hubungan antar keluarga.
hasil penelitian: terdapat enam variabel yang terkait dengan fungsi keluarga, yaitu:
1. stres anterpartum yang di sebabkan kombinasi dari peristiwa masa lalu yang tidak menyenangka da resiko kehamilan.
2. dukungan sosial.
3. harga diri
4. kontrol diri.
5. kegelisahan.
6. depresi.
penelitian 2
tujuan penelitian: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan peran ibu.
hasil penelitian: proses ini terjadi 3-10 bulan setelah bayi lahir.


ELA JOY LEHRMAN



latar belakang penelitian yang di lakukan oleh lehrman adalah dengan melihat semakin luasnya cakupan tugas yang membebankan kepada bidan.
tujuan penelitian: mengidentifikasi komponen-komponen yang saling mempengaruhi dalam praktik kebidanan.
hasil penelitian: terdapat delapn komponen yang termasuk dalam praktik kebidanan, yaitu:
1. perwatan berkelanjutan.
2. perawatan yang terpusat pada keluarga.
3. pendidikan dan konseling .
4. perawatan tanpa intervensi.
5. fleksibilitas dalam perawatan.
6. perawatan partisipatif.
7. advokasi klien.
8. waktu.

ERNESTINE WIEDENBACH



ernestine merupakan seorang perawat kebidanan lulusan fakultas keperawatan fakultas yale, yang sangat tertarik pada masalah keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga.
ernestine menguraikan 5 elemen yang mempengaruhi proses perawatan, yaitu:
1. Agent (perawat, bidan dan sebagainya).
2. recipient/penerima (wanita, keluraga, masyarakat).
3. goal (tujuan intervensi).
4. means (metode untuk mencapai tujuan). Metode yang di gunakan untuk mencapai tujuan terdiri dari empat fase, yaitu:
a. identifikasi kebutuhan pasien/klien.
b. pemberian pertolongan kepada pasien/klien.
c. validasi, pengecekan apakah bantuan yang di berikan sesuai kebutuhan psien.
d. koordinasi sumber-sumber yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
5. framework (kerangka kerja) (lingkungan sosial, organisasional, dan profesional)

JEAN BALL



tujuan penelitian: mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keadaanemosi ibu dalam pelayanan maternitas.
hasil penelitian: terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keadaan emosional ibu saat postpartum, yaitu:
1. kepribadian ibu.
2. dukungan dari keluarga/lingkungan sosial.
3. layanan yang di berikan oleh petugas layanan maternitas.